Ahir ahir ini kita di suguhi berbagai tayangan kekerasan. Sebuah adegan yang sangat mudah ditiru bukan hanya anak anak tapi juga sering ditiru remaja dan kaum dewasa. Pelajaran yang sangat tidak terpuji tersebut sering di tayangan secara vulgar ditelevisi yang ditonton oleh smua kalangan apalgi jika acra itu di tayangakan pada saat jam anak anak menonton TV.
Dulu ada salah satu stasion TV yang menayangkan WCW. Sebuah acara sperti olahraga yang dipenuhi adegan tendangan dan tinjuan yang sangat mengerikan. Reaksi masyarakatpun muncul dengan banyaknya kritikan agar tayangan kekerasan tersebut disiarkan pada jam jam yang tidak ditonton anak anak karena dianggap dapat ditiru anak anak.
Tayangan kekerasan sekarang muncul dalam bentuk yang berbeda. Tayangan kekerasan, justru sering disiarkan secara live dan dilakukan pada jam jam yang tidak teratur. Kita Masih ingat tayangan seperti penggerebekan teroris di Temanggung. Jawa Tengah. Polisi yang sedang menggerebek terjadi baku tembak antara polisi dan teroris. Masyarakatpun tidak mau beranjak dari depan TV karena ingin tahu ending dari cerita tersebut. Tak ketinggalan pula anak anak. mereka lupa film kartun kegemaranya karena penasaran dengan teroris tersebut.
Tayangan yang lain yang tidak kalah serunya terjadi saat sidang paripurna. Anggota DPR yang sebagian menjadi idola masyarakat yang memilihnya berprilaku yang tidak patut di contoh. Mereka tampil di layar televisi dengan gaya emosi bahkan sampai mengeluarkan kata kata yang tidak terpuji.. Selain itu terjadi kekerasan fisik seperti pelemparan botol minuman. Kasus ini seolah memberi pelajaran kepada seluruh rakyat tak terkecuali anak tentang kekerasan.
Masih tentang tayangan televisi yang menyedot banyak penonton adalah demo mahasiswa yang memprotes penyerangan yang dilakukan polisi. Dengan gagah berani mahasiswa melempar batu, menghancurkan mobil polisi dan merusak fasilitas kepolisian. Pihak keplisianpun harus bentrok dengan mahasiswa. Bahkan wargapun ikut terlibat disana. Tayangan tersebut disiarkan secara live dan menjadi tayangan yang menyedot pemirsa untuk melihatnya.
Pertanyaan yang mengusik adalah, apakh tayangan tersebut layak dikonsumsi publik atau tidak? semua dapat memahami bahwa sebuah informasi harus di beritakan secara transparan kepada publik sehingga publik tau kejadian yang sebenarnya. Tapi seharusnya juga ada filter, mana yang layak dikonsumi publik mana yang tidak layak dikonsumsi terutama anak anak. tentunya kita tidak ingin memberikan pelajaran tentang kekerasan bagi rakyat ini., Kita tentunya dapat memahami tentang ungkapan Setiap kekerasan akan mmunculkan kekerasan baru.
Iklan
Dulu ada salah satu stasion TV yang menayangkan WCW. Sebuah acara sperti olahraga yang dipenuhi adegan tendangan dan tinjuan yang sangat mengerikan. Reaksi masyarakatpun muncul dengan banyaknya kritikan agar tayangan kekerasan tersebut disiarkan pada jam jam yang tidak ditonton anak anak karena dianggap dapat ditiru anak anak.
Tayangan kekerasan sekarang muncul dalam bentuk yang berbeda. Tayangan kekerasan, justru sering disiarkan secara live dan dilakukan pada jam jam yang tidak teratur. Kita Masih ingat tayangan seperti penggerebekan teroris di Temanggung. Jawa Tengah. Polisi yang sedang menggerebek terjadi baku tembak antara polisi dan teroris. Masyarakatpun tidak mau beranjak dari depan TV karena ingin tahu ending dari cerita tersebut. Tak ketinggalan pula anak anak. mereka lupa film kartun kegemaranya karena penasaran dengan teroris tersebut.
Tayangan yang lain yang tidak kalah serunya terjadi saat sidang paripurna. Anggota DPR yang sebagian menjadi idola masyarakat yang memilihnya berprilaku yang tidak patut di contoh. Mereka tampil di layar televisi dengan gaya emosi bahkan sampai mengeluarkan kata kata yang tidak terpuji.. Selain itu terjadi kekerasan fisik seperti pelemparan botol minuman. Kasus ini seolah memberi pelajaran kepada seluruh rakyat tak terkecuali anak tentang kekerasan.
Masih tentang tayangan televisi yang menyedot banyak penonton adalah demo mahasiswa yang memprotes penyerangan yang dilakukan polisi. Dengan gagah berani mahasiswa melempar batu, menghancurkan mobil polisi dan merusak fasilitas kepolisian. Pihak keplisianpun harus bentrok dengan mahasiswa. Bahkan wargapun ikut terlibat disana. Tayangan tersebut disiarkan secara live dan menjadi tayangan yang menyedot pemirsa untuk melihatnya.
Pertanyaan yang mengusik adalah, apakh tayangan tersebut layak dikonsumsi publik atau tidak? semua dapat memahami bahwa sebuah informasi harus di beritakan secara transparan kepada publik sehingga publik tau kejadian yang sebenarnya. Tapi seharusnya juga ada filter, mana yang layak dikonsumi publik mana yang tidak layak dikonsumsi terutama anak anak. tentunya kita tidak ingin memberikan pelajaran tentang kekerasan bagi rakyat ini., Kita tentunya dapat memahami tentang ungkapan Setiap kekerasan akan mmunculkan kekerasan baru.
Iklan
Agen Pulsa Bisnis Pulsa Paling
Murah dan cepat Hubungi 085866427 302
0 komentar:
Posting Komentar